Postingan felix yang ini memang bener-bener keterlaluan. Aku jadi terbayang-bayang terus. Parahnya nggak ngaruh sama napsu makan. Padahal orang-orang lain yang lihat postingan itu langsung pada gak doyan makan.

Rasa jijik dan takut bercampur jadi satu. Bagaimana tidak, melihat payudara yang bolong-bolong untuk sarang belatung hi…ngeri. Untungnya beberapa komen di postingan itu cukup membuat lega. Katanya gambar itu hasil rekayasa di photoshop. Tapi ada videonya juga. Dan kata para pengkomen itu asli. Wiih…

Katanya, payudara itu jadi sarang belatung gara-gara waktu beli BH baru langsung dipakai. Tidak dicuci dulu. Pesan moral yang ingin disampaikan agar para wanita mencuci dulu BH yang baru dibeli sebelum memakainya.

Postingan ini sempet jadi pembicaraan dengan temen-temen cewek di kantor. Bagaimana pun pakaian yang dicuci tetap harus dijemur. Dalam proses itu, siapa yang menjamin pakaian kita tidak ketempelan mahluk-mahluk ajaib? “Ya setelah itu disetrika dulu,”kata salah satu temenku. “Setelah disetrika apa juga bisa dijamin ngga kena apa-apa lagi?” tukas yang lain. “Berarti kesimpulannya, nggak usah pakai BH,”kami ngomong hampir serentak.

Ya, mengapa perempuan harus pakai BH? Itu selalu menjadi masalah besar buatku. Sejak aku masih duduk di bangku SD, benda yang satu itu sudah jadi masalah. Teman-temanku sudah mulai kecentilan pakai BH untuk anak-anak (kalo nggak salah sebutannya miniset apa ya?) sejak kelas 3 SD. Padahal payudaranya belum tumbuh. Aku tentu saja tidak mau ambil bagian dari perilaku (yang menurutku) aneh itu. Pun setelah di dadaku mulai ada dua tonjolan. (Sebenarnya aku nggak ngerasa ada dua tonjolan yang tumbuh. Waktu itu aku malah ngerasa bagian tengah dadaku yang semakin melesak ke dalam. Karenanya aku selalu mengaku sesak napas).

Teman-teman suka mengingatkan aku. Kata mereka, jika nggak mau pakai BH sejak kecil, nanti pas sudah gede susune melorot. Aku tentu cuek-cuek aja. Dalam benakku tidak ada sama sekali wacana tentang payudara indah. Enath siapa yang membuat teman-temanku memikirkan hal itu. Mungkin ibunya. “Ayo nak, mulai sekarang kita bentuk payudaramu agar nanti tumbuh dengan indah. Ini investasi lho.”Weks mungkin itu yang selalu dijejalkan di pikiran teman-teman kecilku.

Kalo pada akhirnya aku pakai miniset dan lalu BH, itu karena satu pertimbangan, “Saru, susune kethok.” Hanya soal kesopanan, itu saja yang ditanamkan dalam pikiranku tentang pemakaian BH ini.

Tapi sesungguhnya sampai setua ini aku belum bisa menerima, mengapa perempuan (Indonesia)  harus pakai BH. Sepertinya ini hanya untuk kepentingan laki-laki saja. Biar laki-laki mendapatkan pemandangan indah dari dada-dada yang membusung. Biar laki-laki senang karena  ada dada yang cukup kencang untuk dipegang-pegang.

Lha apa yang terjadi pada perempuan? Seharian sesak karena harus pakai BH yang kencang. Ada lagi yang terpaksa menantang maut dengan suntik silikon. Harus melakukan segala cara untuk mendapatkan payudara idaman. Duh…idaman siapa tuch?

DAn sekarang ada persoalan baru lagi, kita terancam jadi sarang belatung gara-gara BH??? Oh…. NO.